Selasa, 18 Mei 2010

Kapan Seharusnya Tes Minat dan Bakat?

JAKARTA, KOMPAS.com - Tes bakat dan minat siswa sebelum memilih jurusan penting dilakukan jika siswa tidak mengetahui potensi yang dimilikinya dan akan diarahkan ke mana kelak masa depannya.
Ketika si anak belum tahu apa yang diinginkan, hobinya apa, minatnya apa, bahkan cita-citanya, tes minat dan bakat itu penting untuk dia.
-- Roslina Verauli

"Apalagi sekarang ini jurusan atau bidang studi di perkuliahan semakin luas sesuai tuntutan zaman dan cenderung menawarkan keahlian yang bukan saja teori melainkan juga praktis. Maka, ketika si anak belum tahu apa yang dia inginkan, hobinya sebetulnya apa, minatnya apa, bahkan cita-citanya, tes minat dan bakat itu penting untuk dia," ujar psikolog anak dari Universitas Indonesia (UI), Roslina Verauli, kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (3/6/2010).

Tes minat dan bakat selama ini, ujar Roslina, cenderung mengarah pada tes kecerdasan akademis, yang mengarahkan anak pada pilihan kemampuan akademiknya. Sementara itu, lanjut dia, bidang-bidang studi atau jurusan yang ada sekarang semakin banyak dan berkembang.

"Tes bakat itu akan melihat kemampuan atau potensi kecerdasan umum si anak, berupa kemampuan berpikir logis atau nalar, itu semua akan terukur. Nah, nanti, dari kemampuan penalaran itu bisa diukur lagi, apakah kemampuan nalar si anak itu lebih mengarah ke visual atau abstrak, apakah kelebihannya pada kemampuan matematika atau sosial?" ujar Roslina.

Roslina menambahkan, dari tes minat-bakat itu kemudian juga bisa terukur kemampuan-kemampuan khusus si anak. Semisal, kata dia, ternyata si anak memiliki kelebihan khusus di bidang-bidang yang bersifat administratif atau sebaliknya yang membutuhkan kreatifitas tinggi.

"Nanti akan muncul gambaran profil si anak yang bisa disesuaikan dengan kepribadiannya dan kemudian akan digabungkan kedua-duanya, semisal apakah si anak berkepribadian introvert atau extrovert, apakah si anak lebih suka bekerja sendiri atau lebih senang bekerja dengan orang lain, si anak cenderung menyukai rutinitas atau fleksibilitas. Dari penggabungan-pengabungan potensi umum dan khusus itulah bisa diperkirakan peminatan anak ini akan ke mana," ujar Roslina.

Intinya, ujar dia, setiap orang adalah the right person yang punya potensi unik masing-masing. Hanya, ada yang kemudian menjadi sukses atau tidak sukses.

"Semua keputusan akhirnya akan dikembalikan pada si anak. Sukses itu karena kebetulan dalam perkembangannya si anak berada dalam kondisi yang disebut dengan the right place," ujar Roslina.

Roslina menambahkan, sebetulnya bukan di Indonesia saja ada anggapan bahwa anak merupakan "perpanjangan" dari keberhasilan orang tuanya. Banyak orang tua di luar negeri pun berharap, bahwa kelak, ambisi-ambisi mereka yang belum tercapai bisa terealisasi lewat si anak.

"Untuk itu perlu dipastikan, bahwa si anak bisa mendapatkan the right place. Yaitu tempat di mana si anak dapat berkembang potensinya sesuai bakat dan minatnya. Perlu dicamkan para orang tua, bahwa kecerdasan minat atau bakat belum tentu sama antara mereka dan anaknya, maka, jika dipaksakan, hasilnya bisa ditebak sendiri," timpal Roslina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar